Jumat, 02 November 2012

Tarkam (Antar Kampung)

2 minggu sudah berlalu dan tarkaman kedua sudah menghadang di depan mata. Bagi kami (saya dan temen2 futsal) tarkam tak ubah layaknya ajang mengapresiasi diri menunjukan eksistensi sekaligus meningkatkan level permainan. Bagi pecinta futsal istilah tarkam ini tak ubahnya seperti tarkam seperti pada permainan sepakbola. Tanpa agenda resmi pengurus cabang olahraga dan terkadang hanya pencarian profit semata.

Istilah Tarkam, singkatan dari antar kampung, sendiri mengacu pada turnamen sepakbola yang diadakan biasanya di daerah dan diikuti oleh tim-tim kampung dari daerah tersebut maupun dari kampung tetangga. Pemainnya pun biasanya juga orang kampung situ juga. Tapi berbeda halnya jika tarkam yang diselenggarakan mempunyai gengsi yang tinggi atau yang "punya tim" termasuk gila bola. Tim-tim tarkam tersebut rela dan dengan senang hati menyewa atau istilahnya "ngebon" atau juga kalau di sepakbola profesional di transfer pemain-pemain yang levelnya tinggi dengan harga nominal yang menggiurkan. Nominal yang mungkin tidak sebanding jika dibandingkan dengan kontrak pemain profesional apalagi di liga eropa. Tapi di Indonesia nilai "kontrak" pada sebuah tarkam sangatlah membantu menyambung nyawa di tengah berjalannya liga yang tiap tahun makin kacau dan tak jelas sistemnya.

Begitu pula pada futsal, tarkam yang menjamur di bulan-bulan setelah bulan puasa maupun di awal-awal tahun menjadi ajang mencari uang sampingan buat para pemain baik berlevel pro, amatir, maupun pemain kampung. Dari cerita yang pernah saya denger dari beberapa temen, nilai pemain level pro yang pernah ikut timnas di tarkam berkisar jutaan rupiah untuk satu kompetisi. Dengan perkiraan jumlah pertandingannya 5 kali jika diikuti 32 tim, dan itupun jika sampai babak final. Belum lagi hadiah yang dibagikan kepada pemain yang terdaftar dalam susunan pemain. Nominal yang terkadang bahkan sering tidak sebanding antara yang dikeluarkan dengan apa yang didapatkan oleh bos-bos tim itu tentunya.

Tapi untuk sebuah tim futsal dan pemain yang levelnya kampung atau abal-abal, tarkam menjadi sebuah ajang pembuktian diri, sebagai tempat menaikan level, ataupun wadah untuk bersenang-senang semata. Tanpa ada dukungan dana melimpah dari bos. Iuran untuk biaya pendaftaran. Iuran untuk beli minum waktu pertandingan. Mencari tempat berteduh yang gratis dengan numpang di rumah teman yang ada. Menanggung semua biaya makan dan transport sendiri. Sampai membagi uang hadiah tidak hanya kepada jumlah pemain yang ada tapi terkadang juga ke pelatih, manajer, bahkan suporter. Walau cuma dapet beli makan nasi bungkus plus minum plus rokok sebungkus. Tapi mereka mendapat sebuah kebahagian yang lebih dari sekedar nominal rupiah.